Vespa Gembel, Alternatif Jati Diri di Tengah Kemapanan
Jakarta – Tiga hari sebelum akan acara Jambore Nasional Jawa Rongsok Extreme di gelar di Bantargebang, Bekasi, banyak kerabat Deni Darmawan (40) yang berkumpul di rumahnya.
Mereka mampir berasal dari Magelang, Bandung, dan Sidoarjo. Rencananya ada lima vespa yang berangkat bersama berasal dari Cisayong, Tasikmalaya. Jawa Rongsok Extreme merupakan acara pertemuan pemilik Vespa berasal dari bermacam type modifikasi. Namun, beberapa besar merupakan vespa gembel.
Deni, atau sering disapa Aki, sengaja memilih pas keberangkatan pada tengah malam. Hal itu lantaran dua berasal dari lima vespa yang berangkat berasal dari rumahnya merupakan vespa sampah atau gembel. Ukurannya besar dan jalannya lambat. Mereka menjauhkan keramaian.
Laki-laki gondrong itu menambahkan, perjalanan pada malam hari terhitung merupakan salah satu upaya menjauhkan polisi. Sebagian besar vespa sampah tidak memiliki STNK atau BPKB. Kalau pun ada biasanya pajak mati atau situasi kendaraan sudah tidak sesuai bersama yang tertera di surat.
Secara fisik, vespa sampah mereka jauh berasal dari kategori “normal”. Puluhan botol plastik bekas menggantung di motor Aki. Selain itu, ia terhitung melapisi kuda besinya bersama kain-kain kotor. Sedangkan di bagian depan, papa tiga orang anak itu menghiasi vespanya bersama tengkorak kerbau.
Meski demikian, Aki mengaku selamanya percaya diri bersama skuter yang di kendarainya. Mogok, kecelakaan, ditilang polisi, sudah jadi risiko. Ia tidak lihat itu sebagai alasan untuk beralih.
“Vespa ini beberapa berasal dari jiwa saya, bangga banget memiliki ini. Pakai yang lain malah saya tidak cukup percaya diri,” tutur Kang Aki sembari tersenyum.
Kecintaan Aki pada skuter pabrikan Italia itu sudah mengalir di darahnya sejak kecil. Kala itu ia di perkenalkan vespa oleh orang tua. Mulanya laki-laki berbadan tambun itu tidak tertarik sama sekali. Namun sesudah banyak temannya memakai vespa, Aki beralih pikiran.
Aki makin ada masalah move on berasal dari vespa kala mengenal vespa sampah. Aki menjadi puas lantaran solidaritas yang erat di pada pengguna vespa. Bahkan, menurut Aki, tak ada solidaritas yang lebih kuat berasal dari grup vespa sampah dibanding grup motor lain.
Kisahnya di mulai sejak perjalanan menuju acara Java Scooters Rendezvous 4 di Malang. Selama perjalanan, Aki memungut sampah-sampah di jalan yang dianggap menarik. Ia sesudah itu menggantungkan sampah itu di vespanya. Hingga tak terasa, sampai wilayah acara, vespanya sudah beralih jadi tumpukan sampah.
“Vespa sampah itu terbentuknya ya di jalan, memungut sampah berasal dari jalan. Jadi tidak mengeluarkan uang untuk sebabkan vespa sampah,” tutur Aki.
Kuatnya solidaritas yang di ceritakan Aki itu pun tergambar pas perjalanan menuju acara Jawa Rongsok Extreme. Saat itu vespa yang di tungganginya mogok. Kejadiannya pukul 03.00 di Wado, Sumedang, Jawa Barat.
Laju motor Aki terhenti lantaran kampas koplingnya habis. Sementara di jam-jam itu tidak ada bengkel yang buka. Aki kudu menanti siang untuk melakukan perbaikan motornya.
Saat itu rombongan vespa lain tidak sesudah itu meninggalkan Aki sendiri. Mereka memastikan untuk terhitung bertahan di tempat itu, membunuh pas menjelang pagi bersama canda-tawa. Baru pas matahari menyingsing, teman-teman Aki menjadi berpencar, melacak suku cadang yang di butuhkan.
Siang harinya mereka melanjutkan perjalanan ke Barat. Rute yang di lewati di antaranya, Subang, Purwakarta, Karawang, sesudah itu Bekasi. Mereka membawa dua hari untuk mampir ke acara tepat waktu.